PROSES MOBILITAS SOSIAL DI INDONESIA
HALAMAN 103
a. Pengertian Mobilitas Sosial (hal 104)
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis
yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain.
Mobilitas
sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan
satu ke lapisan yang lain.
b. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial (hal.105- hal 106)
Berdasarkan
bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertikal dan
mobilitas sosial horizontal.
■ Mobilitas vertikal
Mobilitas sosial
vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial
ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat,
baik pindah ke tingkat yang lebih
tinggi (social climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social
sinking).
·
Mobilitas vertikal ke atas (Social Climbing)
Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena peningkatan status atau
kedudukan seseorang.
·
Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Social sinking merupakan proses pe nurunan status atau kedudukan seseorang.
Proses social sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi
seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
■
Mobilitas horizontal
Mobilitas horizontal adalah
perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial
yang sama.
. Dalam mobilitas
hori zontal tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.
c. Saluran- Saluran Mobilitas Sosial (hal. 107)
Mobilitas sosial dapat
dilakukan melalui beberapa saluran yang dapat mengubah status seseorang.
Berikut ini
merupakan contoh saluransaluran mobilitas sosial:
■ Organisasi Pendidikan,
Contoh SMP Negeri
2 Patebon
■ Organisasi Politik,
cotoh PKS, PKB,
Nasdem
■ Organisasi Ekonomi,
BRI, Koperasi
■ Organisasi Profesi
Contoh : PGRI,
IDI
d. Dampak Mobilitas Sosial (POSITIF) :(110-111)
• Mendorong Seseorang untuk lebih maju
• Mempercepat
Tingkat Perubahan Sosial
• Meningkatkan
Integrasi Sosial
Mobilitas Sosial: Pengertian, Bentuk, Faktor & Dampaknya | Sosiologi
Kelas 8
October
28, 2022 • 9 minutes read
Artikel
Sosiologi kelas 8 kali
ini akan membahas tentang pengertian, bentuk-bentuk, dan faktor pendorong serta
penghambat dari mobilitas sosial.
—
Apakah ayahmu pernah
pindah tugas ke wilayah lain karena pekerjaannya? Hmm… atau kakakmu yang dulu seorang pelajar kini
sudah menjadi pengusaha? Masih belum pernah ngalamin itu
semua? Kalau begitu, coba tonton sinetron TV atau drama
Korea, deh. Hueheheheh…
Eits, nggak ada maksud apa-apa, kok. Sebenarnya
pertanyaan-pertanyaan itu sebagai contoh dari mobilitas sosial aja. Loh, emang mobilitas
sosial itu apa sih?
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas
sosial adalah perpindahan status sosial yang
dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial yang lain dalam masyarakat. Hasil perpindahan
status sosialnya bisa menjadi lebih tinggi, lebih rendah, bahkan tetap
sederajat.
Kenapa hasil
perpindahannya berbeda-beda? Sebab mobilitas sosial terbagi menjadi beberapa
bentuk. Nah, terjadinya bentuk-bentuk itu tidak terlepas dari
adanya faktor pendorong dan penghambat yang perlu kita ketahui. Lalu apa saja
ya bentuk dan faktor mobilitas sosial? Yuk, simak
kelanjutan artikelnya!
Bentuk Mobilitas Sosial
Pembagian bentuk
mobilitas sosial didasarkan pada berpengaruh tidaknya hasil perpindahan status
sosial yang dialami dengan derajat sosial yang dimiliki. Secara umum bentuk
mobilitas sosial terbagi menjadi empat, yaitu vertikal, horizontal,
antargenerasi, dan intragenerasi.
Baca Juga: Mengenal
Kebudayaa Universal dan Proses Pembentukkannya
1. Mobilitas Sosial Vertikal
Coba bayangkan kamu
berada di bagian tengah sebuah garis vertikal deh. Udah? Nah, ketika kamu
berada di posisi itu, kamu punya kesempatan buat naik ke atas atau turun ke
bawah ‘kan? Begitu juga dengan mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi
mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah.
Maksudnya, perpindahan
status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi (naik) maupun lebih rendah
(turun). Makanya, mobilitas vertikal adalah perpindahan
status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang
tidak sederajat dari sebelumnya.
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Sekarang coba
bayangkan kamu berada di tengah sebuah garis horizontal deh. Kalau kamu berada di sana, mau kamu pindah ke
kanan kek atau ke kiri kek, pasti kamu akan
tetap di satu tempat yang sejajar ‘kan? Nah, kayak begitulah
mobilitas horizontal. Dalam mobilitas
horizontal, perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau kelompok
tidak akan mengubah derajat sosialnya atau akan tetap sejajar seperti
sebelumnya.
Contohnya, seorang
dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit Bandung diharuskan pindah tugas
ke rumah sakit Jakarta. Pada kasus itu, dokter tersebut mengalami mobilitas
horizontal, yaitu perpindahan tempat kerja tetapi tidak mengubah status
sosialnya sebagai dokter. Penghasilannya tidak berubah dan jabatannya sebagai
seorang dokter juga tidak berubah.
3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas
antargenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang dialami seseorang dengan
melibatkan perbedaan generasi di dalamnya. Mmm, maksudnya gimana tuh ya? Kamu
perlu tahu dulu nih, apa yang dimaksud dengan generasi. Generasi adalah
kelompok yang punya kesamaan atau perbedaan umur. Contohnya, gen Z yang
orang-orangnya lahir di tahun 2000-an.
Nah, mobilitas
antargenerasi ini melibatkan generasi-generasi yang berbeda. Misalnya, dahulu,
kakek dan nenek kamu hanya bisa sekolah sampai tingkat SMA saja. Kemudian, di
generasi selanjutnya, yaitu ayah dan ibu kamu, statusnya naik jadi bisa
bersekolah sampai jenjang Sarjana. Dari kasus ini, ada perbedaan tingkat
pendidikan yang terjadi di setiap antargenerasi keluarga kamu. Paham, ya?
Nah, mobilitas sosial
antargenerasi bisa naik dan turun. Artinya, tiap generasi dalam satu kelompok
bisa punya kedudukan yang semakin tinggi atau rendah di masyarakat.
4. Mobilitas Sosial Intragenerasi
Bagaimana jika
perpindahan kedudukan sosial ini dialami oleh generasi yang sama? Itu lah yang
dinamakan mobilitas sosial intragenerasi. Menurut definisinya, mobilitas
sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi pada
generasi yang sama. Oke, supaya kamu semakin ada bayangan, masuk ke contoh kasus saja, ya.
Misalnya, saat ini
kamu sedang duduk di kelas 7 SMP. Kamu adalah anak yang sangat pintar, sehingga
bisa mengikuti program akselerasi di sekolah. Saat kenaikan kelas, kamu
langsung duduk di kelas 9. Dari sini, kamu sedang mengalami mobilitas
intragenerasi karena mengalami perpindahan kedudukan sosial pada generasi yang
sama, yaitu teman-teman sekelasmu di kelas 7.
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Setelah mengetahui
bentuk-bentuknya, kita juga perlu mengetahui faktor-fator yang mendorong
terjadinya mobilitas sosial. Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial,
yaitu:
1. Struktural
Faktor ini terkait
dengan kesempatan seseorang untuk menempati sebuah kedudukan serta kemudahan
untuk memperolehnya. Kalau di Indonesia sih struktur
masyarakatnya sangat terbuka. Jadi, kesempatan kamu untuk menempati berbagai
jabatan yang tinggi, seperti manajer bahkan presiden, menjadi lebih
besar, lho! Namun, di Indonesia, ketersediaan lapangan
pekerjaan dengan jumlah penduduknya juga masih belum imbang, nih. Ini bisa menjadi
penyebab individu atau kelompok punya potensi mengalami mobilitas sosial yang
turun.
2. Individu
Kalau faktor ini sih terkait
dengan kualitas individu yang dilihat dari segi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Manusia ‘kan dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya tuh. Nah, jika seseorang tidak
puas dengan status sosial yang diwariskan, ia dapat berusaha untuk mencapai
status sosial yang lebih tinggi. Sampai saat ini, pendidikan masih dianggap
sebagai social elevator atau sarana yang
dapat membuat orang menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan meningkatkan
status sosialnya di masyarakat.
Baca
Juga: Mengenal
Kategori Keberagaman Masyarakat Multikultural
3. Ekonomi
Jika
situasi ekonomi dalam masyarakat cenderung baik maka mobilitas sosial pun dapat
terwujud.
Kondisi ekonomi yang baik membuat masyarakat mudah memperoleh modal,
pendidikan, dan kesempatan lainnya. Tapi, kalau kondisi ekonominya
buruk, masyarakat akan memiliki pendapatan terbatas sehingga sulit untuk
memenuhi seluruh kebutuhannya dan mobilitas sosial tidak akan bisa terjadi.
4. Politik
Faktor yang satu ini
sangat bergantung pada situasi politik suatu
negara.
Keadaan negara yang tidak stabil akan memengaruhi kondisi keamanannya. Dengan
begitu, ketersediaan dan kemudahan dalam bekerja juga lebih baik sehingga
masyarakat mampu melakukan mobilitas sosialnya.
5. Kependudukan
Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia hampir selalu bertambah dari
waktu ke waktu. Pertambahan itu bisa mempersempit lahan pemukiman bahkan
meningkatkan kemiskinan lho! Makanya, masalah
kependudukan seperti ini mendorong individu dan pemerintah untuk mengarahkan
masyarakat agar bermigrasi ke daerah lain, sehingga mobilitas sosial pun terjadi.
Data
Penduduk Indonesia 1971 s.d. 2010 (Sumber: bps.go.id)
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Selain faktor
pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial. Jika faktor-faktor
di bawah ini masih ada maka akan sulit untuk masyarakat melakukan mobilitas
sosial. Adapun faktor penghambat dari mobilitas sosial, yaitu:
1. Kemiskinan
Masyarakat yang mengalami
kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status
sosial tertentu. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang
rendah. Emang kenapa kalau pendidikannya rendah? Dengan
pendidikan yang rendah, kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga
menjadi rendah. Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan
pekerjaan menjadi terbatas.
2. Diskriminasi
Diskriminasi adalah membedakan
perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan
golongan. Nah,
perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat mengakibatkan
konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.
Baca Juga: Kenalan Yuk dengan Ras dan Suku
Bangsa di Indonesia!
3. Stereotip Gender
Membeda-bedakan
karakteristik serta posisi sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan
bahwa derajat laki-laki lebih tinggi daripada wanita juga bisa menghambat
mobilitas sosial, lho! Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak
perlu berpendidikan tinggi toh yang bekerja adalah
suami. Nah, perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan
kesempatan seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.
Terjadinya mobilitas sosial di
masyarakat, tentunya menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Apa
saja ya dampak-dampak mobilitas sosial itu? Yuk, kita bedah satu per satu!
Dampak Positif Mobilitas Sosial
Hal ini berarti mobilitas
sosial bisa memberikan pengaruh yang baik bagi seseorang. Dampak positif
mobilitas sosial ada tiga macam, di antaranya sebagai berikut:
1. Mendorong Seseorang untuk Maju
Mobilitas sosial bisa
berdampak pada status sosial kita di masyarakat. Misalnya, dari yang tadinya
rendah, kemudian berubah jadi tinggi. Contohnya, di tingkat SMP, kamu
bersekolah di tempat yang biasa saja. Tapi, di sekolah ini, kamu belajar dengan
giat dan disiplin, sehingga selalu mendapat juara 1 di kelas. Dari sini, kamu
berkesempatan untuk masuk ke SMA yang lebih berkualitas. Oleh karena itu,
mobilitas sosial mampu mendorong seseorang untuk maju.
2. Mempercepat Perubahan Sosial
Selain itu, mobilitas sosial
dapat menghasilkan perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju. Contohnya, di
daerah pelosok, ada beberapa anak yang berkesempatan mendapat beasiswa
pendidikan di kota. Setelah pendidikannya selesai, anak-anak tersebut pulang ke
kampung halaman untuk membangun daerahnya menjadi lebih maju.
Dampak Negatif Mobilitas Sosial
Selain dampak positif,
mobilitas sosial juga bisa memberikan pengaruh yang tidak baik bagi seseorang.
Dampak negatif mobilitas sosial di antaranya:
1. Kecemasan
Kecemasan ini terjadi karena
seseorang merasa khawatir jika status atau posisi sosialnya turun di
masyarakat. Contohnya, ada pejabat yang sebentar lagi melepas masa jabatannya.
Nah, pejabat ini merasa cemas karena takut kehilangan jabatan. Oleh karena itu,
tidak jarang pejabat tersebut berbuat curang untuk mempertahankan jabatan yang
mereka inginkan.
2. Melemahkan Solidaritas Kelompok
Dampak ini, bisa terjadi di
segala bentuk mobilitas sosial, baik itu horizontal maupun vertikal. Contohnya,
ada sebuah keluarga yang tadinya hidup di pemukiman yang sederhana, tiba-tiba
memenangkan kuis berhadiah ratusan juta. Kemudian, keluarga tersebut pindah
rumah ke pemukiman yang lebih elit. Nah, di sini, keluarga tersebut mulai
berbaur dengan tetangga baru. Akhirnya, mulai terjadi kerenggangan antara
keluarga ini dengan kelompok sosialnya di pemukiman lamanya.
3. Memicu Konflik
Parahnya, mobilitas sosial
tidak hanya merenggangkan solidaritas kelompok saja, tapi juga bisa memicu
konflik atau pertikaian di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena adanya
persaingan yang tidak sehat untuk mencapai kedudukan sosial yang tinggi.
Contohnya, untuk mendapatkan banyak pembeli, toko A sengaja menjelek-jelekkan
kualitas barang toko B. Karena toko B tidak terima, akhirnya muncul konflik
antar pedagang.
Baca Juga: Mengenal Masyarakat
Multikultural dan Karakteristiknya
Referensi:
Sunarto, K.(1993) Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
FE – UI.
Soyomukti, Nurani (2010) Pengantar
Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis
Masalah-masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-kajian Strategis.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Nathan Keirns, Eric Strayer,
Heather Griffiths, (2012) Introduction to Sociology, (Houston: Openstax
College)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar