Sabtu, 01 Juni 2024
Rabu, 29 Mei 2024
INFORMASI / JADWAL PELAKSANAAN PPDB SMP 2 PATEBON TAHUN AJARAN 2024/2025
1. PENDAFTARAN TANGGAL 27 S.D 31 Mei 2024
a.
Senin s.d.
Kamis : Pukul 07.00 s.d 12.00 WIB
b.
Jumat :
Pukul 07.00 s.d. 11.00 wib
2. PENGUMUMAN :
a. Hari :
Sabtu
b. Pukul : 09.00
wib
c.
TANGGAL : 1 JUNI 2024
d. Tempat : SMP 2 PATEBON
* DIHARAP PENDAFTAR DATANG KE SEKOLAH
(MENERIMA INFORMASI TTG TATA CARA -
DAFTAR ULANG)
* Calon Siswa memakai seragam
SD/MI dan
Bersepatu warna hitam
3. DAFTAR ULANG
* TANGGAL 3 s.d 8 JULI
2024
* PUKUL 07.00 s.d. 11.30 (Senin s.d. Kamis, Sabtu)
* Pukul 07.00 s.d. 11.00 ( Jumat
)
* Tempat : SMP 2 Patebon
* Calon Siswa memakai seragam SD/MI,
bersepatu
* YANG TIDAK DAFTAR ULANG
DIANGGAP
MENGUNDURKAN DIRI
4. PERSIAPAN
MPLS
(MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH)
* SUDAH DAFTAR ULANG
* TANGGAL 20 JULI 2024
* PUKUL 07.00 s.d. 11.30
* Calon siswa memakai PAKAIAN SD/MI,
Membawa Topi dan bersepatu
* Tempat : SMP 2
Patebon
-panitia-
5. MASUK
SEKOLAH HARI PERTAMA : SENIN, 22 JULI 2024
* PUKUL 07.00 s.d. 12.00
* Calon siswa memakai PAKAIAN SD/MI,
Membawa Topi dan bersepatu
* Tempat : SMP 2 Patebon
6.
PELAKSANAAN MPLS
* Senin s.d Rabu / 22 s.d 24 Juli 2024
* PUKUL 07.00 s.d. selesai ( Lihat Jadwal)
* Calon siswa memakai PAKAIAN SD/MI,
Membawa Topi dan bersepatu
* Tempat : SMP 2
Patebon
Sabtu, 18 Mei 2024
Kamis, 28 Maret 2024
PELAJAR ISLAM INDONESIA
![](https://www.blogger.com/img/transparent.gif)
SEJARAH PELAJAR ISLAM INDONESIA
![](https://www.blogger.com/img/transparent.gif)
SEJARAH PELAJAR ISLAM INDONESIA
SEJARAH KEBANGKITAN PII
Pelajar Islam Indonesia secara resmi bangkit pertama kali 4 Mei 1947 di kota perjuangan Yogyakarta oleh beberapa intelektual muda ternama saat itu antara lain ; Yoesdi Ghazali , Anton Timur Jaelani, Amin Syahri dan Ibrahim Zarkasy. Salah satu faktor yang melandasi kebangkitan PII adalah adanya dualisme dalam sistem pendidikan terhadap umat Islam Indonesia oleh penjajah Belanda yaitu pesantren dan sekolah umum. Pesantren memiliki orientasi esakatologis sementara sekolah umum berorientasi pada duniawi. Sebagai konsekuensi dari dualisme sistem ini para siswa terpecah menjadi dua kubu dan saling mengejek. Para santri mengklaim sekolah umum sebagai sekolah sekuler yang tidak percaya pada Tuhan, sistem pendidikan warisan penjajah Belanda dan mengkafirkan para siswa yang belajar di sekolah umum. Pada sisi yang lain, pelajar dari sekolah umum mengejak santri sebagai pelajar yang tradisional, kuno, konserfatif dan ketinggalan jaman.
Pada saat itu telah ada organisasi yang bernama Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Akan tetapi organisasi ini tidak mampu mengakomodasi aspirasi santri, sehingga tidak dapat mempertemukan dua kelompok pelajar yang saling bertentangan ini. Menyadari realitas sosial ini, ketika itu ada seorang pemuda Islam bernama Yoesdhi Ghozali yang melakukan iktikaf di Masjid di Yogyakarta dan pada tanggal 25 Pebruari 1947 mendapat ilham untuk mendirikan suatu organisasi yang dapat mengakomodasi pelajar Islam baik dari pesantren maupun sekolah umum. Gagasan ini kemudian disampaikannya di SMP N 2 Secodiningrat, Yogyakarta. Teman-temannya yang menghadiri pertemuan itu adalah Anton Timur Djaelani, Amien Syahri, dan Ibrahim Zarkasyi juga semua audiens menyetujui untuk mendirikan suatu organisasi untuk pelajar muslim yang akan menampung pelajar dari sekolah umum dan pesantren. Kesepakatan ini kemudian dipresentasikan dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) pada tanggal 30 Maret s.d. 1 April 1947. Mayoritas dari peserta kongres menyetujui gagasan tersebut. Bahkan kongres kemudian menetapkan untuk menggabungkan divisi/bidang kepelajaran dari GPII ke dalam PII. Selain itu para peserta kongres juga diminta untuk membantu dan memudahkan pendirian cabang-cabang PII di seluruh Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari ketetapan kongres, diadakanlah suatu pertemuan di Kantor GPII di Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Pertemuan ini dihadiri oleh Yoesdhi Ghozali, Anton Timur Djaelani dan Amien Syahri mewakili Divisi Kepelajaran GPII, Ibrahim Zarkasyi dan Yahya Ubeid mewakili Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi mewakili Perkumpulan Kursus Sekolah Menengah Islam (Perkisem) Surakarta, dan Dida Gursida dan Supono NA mewakili Organisasi Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta. Pertemuan yang dipimpin oleh Yoesdhi Ghozali ini menetapkan berdirinya suatu organisasi yang diberi nama Pelajar Islam Indonesia (PII) pada pukul 10.00 tanggal 4 Me 1947. Untuk memperingati moment pendirian PII, maka setiap tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari Bangkit PII, yakni sebagai kebangkitan dari gagasan yang sudah terakumulasi sebagai refleksi dari realitas sosial yang ada.
TUJUAN, TUGAS UTAMA, FUNGSI, DAN AKTIFITAS
Tujuan dari PII adalah kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam untuk seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia.
Tugas utama dari PII adalah menyelenggarakan training, taklim, dan kursus bagi pelajar sebagai upaya untuk membentuk pelajar yang berkepribadian muslim, cendikia, dan pemimpin.
Sementara fungsi dari PII adalah sebagai tempat pembinaan pribadi muslim, sarana meraih sukses studi, media berlatih, dan alat perjuangan bagi pelajar Islam.
Untuk mencapai tujuannya, PII mengadakan kegiatan berupa:
- Mendidik anggotanya untuk taat kepada Allah swt
- Menumbuhkan kecerdasan, kreatifitas, ketrampilan, minat, dan bakat dari para anggota
- Mendidik anggotanya untuk menjadi independen, mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa tergantung pada orang lain
- Mendidik mental dan menumbuhkan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi anggotanya
- Mendidik anggotanya untuk dapat mengelola informasi global dan melindungi diri mereka dari dampak negatif yang muncul dari informasi dan budaya global.
- Membantu anggotanya dalam mengembangkan minat dan memecahkan masalah-masalah pelajar.
- Menyelenggarakan aktifitas sosial Keislaman untuk umat Islam dan non-Muslim
- Mengembangkan semangat dan kemampuan anggotanya untuk menguasai, menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia
- Mengembangkan kemampuan anggotanya untuk mempelajari, memahami, mengapresiasi dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari
- Menciptakan pemimpin yang memiliki pandangan hidup Islami, wawasan global yang luas, dan berkepribadian muslim di berbagai bidang.
KEANGGOTAAN
Ada empat jenis keanggotaan di PII yaitu:
- Anggota Tunas; pelajar pada sekolah dasar
- Anggota Muda; pelajar pada sekolah lanjutan pertama
- Anggota Biasa; pelajar pada sekolah menengah atas/sederajat dan perguruan tinggi
- Anggota Luar Biasa; orang asing yang belajar di Indonesia
- Anggota Kehormatan; orang yang berjasa pada PII
KEPENGURUSAN
Pelajar Islam Indonesia (PII) memiliki empat level kepengurusan yaitu:
- Pengurus Komisariat; didasarkan pada kecamatan atau sekolah, atau lembaga pendidikan. Setiap komisariat terdiri dari 25 anggota.
- Pengurus Daerah; didasarkan pada daerah kabupaten/kota atau pesantren atau perguruan tinggi. Bila diperlukan dalam suatu kabupaten/kota dapat dibentuk dua atau lebih Pengurus Daerah dengan masing-masing anggota pengurus daerah berjumlah 100 orang.
- Pengurus Wilayah; berbasis di propinsi. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dalam satu propinsi berdiri dua pengurus wilayah, batas-batas wilayah teritorial dari pengurus wilayah tidak selalu sama dengan pemerintah setempat.
- Pengurus Besar; pemegang mandat Muktamar dan merupakan institusi kepemimpinan tertinggi yang berlokasi di Jakarta, Ibu Kota Negara Republik Indonesia
Saat ini, PII memiliki 30 Pengurus Wilayah dan lebih dari 219 Pengurus Daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Disamping itu PII juga memiliki pengurus wilayah istimewa di Mesir, Malaysia, Pakistan, Suriah, Turki, dan Saudi Arabia.
Sebagai upaya untuk mengakomodasi aspirasi pelajar putri dan untuk melakukan tugas-tugas spesifik, PII membentuk dua badan otonom yaitu Korps PII Wati dan Brigade PII.
Brigade PII didirikan pada tanggal 6 Nopember 1947 dalam era revolusi fisik untuk ambil bagian dalam menjaga kemerdekaan dan kesatuan bangsa. Pendirian Brigade PII didasarkan pada latar belakang situasi pada saat itu di mana PII berpartisipasi menentang Agresi Militer I, 27 Juli 1947 sesaat setelah berlangsungnya kongres PII. pada saat ini Brigade PII berfungsi sebagai badan strategis bagi PII untuk menyedakan masukan guna mendukung pelaksanaan program.
Korps PII Wati didirikan pada 31 Juli 1964 dalam Muktamar ke-10 di Malang, Jawa Timur. Pendiriannya didasarkan pada krisis kader perempuan di PII, oleh karena itu PII Wati harus melakukan akselerasi dalam mendidik kader perempuan yang pada umumnya memiliki waktu aktif di PII lebih pendek dibandingkan pelajar putra.
PROGRAM
PII adalah gerakan pendidikan, kebudayaan dan dakwah Islam. Sebagai konsekuensinya, PII harus selalu peduli terhadap masalah-masalah berkenaan dengan tiga bidang ini. Kepedulian ini berbeda dari waktu ke waktu dan dipengaruhi situasi eksternal yang melingkupinya.
Program-program PII meliputi berbagai aktifitas, yaitu:
- Pelatihan dan kursus untuk pelajar; seperti training kepemimpinan (tingkat dasar, menengah, dan lanjut), Training of Trainers (TOT), Perkampungan Kerja Pelajar (PKP), Kursus-kursus (Kursus Manajemen, Pelatihan Kader Muslimah, Kursus Polling, Kursus Public Relations, dll). Di samping itu, PII juga mengadaan taklim untuk mendidik anggota dan pelajar agar memiliki pandangan yang luas tentang Islam dan spirit mempraktikkan Islam dalam kehidupan nyata. Training, Taklim, dan Kursus diselenggarakan secara reguler, masif, dan terbuka. Training dan kursus diselenggarakan pada waktu liburan sekolah, sementara taklim dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan sesama anggota dan dilaksanakan sekali dalam seminggu.
- Advokasi Pelajar; membantu pelajar dalam memperjuangkan hak-haknya, mendistribusikan beasiswa, konseling, dan sejenisnya.
- Kelompok Seni dan Budaya Pelajar; dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok seni dan budaya untuk mendekatkan pelajar dengan seni dan budaya seperti drama dan puisi.
- Kelompok Studi; seperti pemantau pendidikan, kelompok studi film, dan sejenisnya. Di samping kelompok studi, ada juga kelompok pecinta alam yang biasanya diorganisasikan oleh Brigade PII.
Di samping seperti gambaran di atas, kebijakan PII juga didiskripsikan dalam badan pengurus dalam beberapa bidang seperti Kaderisasi, Pembinaan dan Pengembangan Organisasi, Pembinaan Masyarakat Pelajar, dan Komunikasi Umat. Bidang-bidang ini melakukan pendekatan yang spesifik (berdasarkan karakter dan orientasi dari bidang-bidang) terhadap berbagai kegiatannya.
Selasa, 19 Maret 2024
PENJELAJAHAN SAMUDRA, KOLONIALISME, IMPERIALISME DI INDONESIA (IPS SMP KELAS 8 SMT GENAP KURIKULUM MERDEKA)
NASIONALISME DAN JATI DIRI BANGSA
( Hal. 141 -
168)
Pelopor Penjelajahan Samudra :
· Bangsa Portugis/Portugal :
Bartholomeud Diaz ( tahun 1486 tiba di Afrika
Alfonso de’Albuquerque (Malaka 1511, Maluku 1512)
· Bangsa Spanyol : Sebastian del Cano (di Tidore 1521)
· Bangsa Belanda :
Cornelis de Houtman (di Banten )
A. Penjelajahan Samudra, Kolonialisme, dan Imperialisme di Indonesia
1. Bagaimana Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Penjelajahan Samudra?
Wilayah Indonesia sangat luas, kekayaan melimpah, dan kaya
akan
berbagai budaya. Indonesia merupakan salah satu bangsa
dengan ciri
khas kepulauan. Berbagai potensi sumber daya alam banyak
tersedia di
Indonesia. Setiap wilayah kepulauan mempunyai potensinya
masing-
masing. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia terkenal
dengan kekayaan
rempah-rempah yang beraneka ragam. Kondisi inilah yang
menjadi daya
tarik bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia.
Berikut beberapa faktor pendorong kedatangan bangsa Barat :
1)
Kekayaan alam (rempah-rempah)
2)
Motivasi 3G (Gold, Gospel, Glory
3)
Revolusi Industri
2. Bagaimana Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme
dan Imperialisme?
a. Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia (hal 148)
- Bartolomeu Dias melakukanpelayaran pertama menyusuri Pantai
Afrika (1486)
- Alfonso d’Alburquerque (Portugal) menguasai Malaka dan
1512 berhasil sampai Maluku
- Sebastian del Cano (Spanyol) berhasil berlabuh di Tidore
(1521)
- Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ke Indonesia di
Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda.
- Vereenigde OostindischeC ompagnie (VOC)didirikan (1602)
- Herman Willem Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal
(1808)
■ Kongsi
Dagang/ VOC (Kongsi dagang Belanda)
■
Pengaruh Monopoli Perdagangan
■
Pengaruh Kebijakan Kerja Paksa
■
Pengaruh sistem Tanam Paksa
b. Perlawanan terhadap Persekutuan Dagang VOC
( hal 153)
Perlawanan Sultan Baabullah ( tahun 1529)
Perlawanan Rakyat Aceh (tahun 1607-1639)
Serangan Mataram (tahun 1628)
Perlawanan Sultah Hasanuddin (1666)
c. Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda (hal,
154)
■
Perang Paderi di Sumatra Barat (1821-1838)
■
Perang Aceh (April 1873 - 1904.)
■ Perang
Diponegoro (1825-1830)
c. Masa Pendudukan Jepang (hal. 162)
■
Membentuk Organisasi Sosial
■
Membentuk Organisasi Militer
Berikut ini merupakan organisasi yang dibentuk Jepang untuk
melangsungkan pemerintahannya di Indonesia.
Seinendan: pemuda prajurit perang usia 14-22 tahun.
• Fujinkai: himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk
terikat
dalam latihan semimiliter.
• Keibodan: barisan pembantu polisi laki-laki berumur 20-25
tahun.
• Heiho (1943): organisasi prajurit pembantu tentara Jepang.
• Peta: pasukan gerilya yang membantu Jepang melawan
serangan
musuh tiba-tiba
■
Romusha
■
Eksploitasi Kekayaan Alam
3. Bagaimana Perubahan Masyarakat Akibat Penjajahan Bangsa
Barat dan Pendudukan Jepang?
INTERAKSI BUDAYA PADA MASA KERAJAAN ISLAM ( IPS SMP KELAS 8 SEMESTER GENAP KURIKULUM MERDEKA)
1. Bagaimana Perkembangan Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Perdagangan melalui pelayaran tidak hanya berdampak pada
bidang ekonomi, tetapi juga bidang-bidang lainnya.
Para musafir tidak hanya berniat untuk melakukan perdagangan
dalam pelayaran tersebut.
Sebagian dari mereka adalah para penuntut ilmu dan penyebar
agama.
Termasuk salah satunya adalah para musafir yang menyebarkan
agama Islam.
Bahkan tidak sedikit para pedagang sekaligus sebagai
penyebar agama Islam.
2. Bagaimana Cara Penyebaran Agama Islam di Indonesia?
Berikut proses dan cara masuknya agama Islam di Indonesia
Daya tarik untuk memeluk agama Islam antara lain sebagai
berikut:
1. Syarat untuk masuk agama Islam sangat mudah, yaitu hanya
dengan mengucap dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan tidak ada tuhan
selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
2. Upacara-upacara dalam agama Islam sangat sederhana.
3. Adanya faktor politik yang ikut memperlancar penyebaran
Islam di Indonesia yaitu masa keruntuhan kerajaan Majapahit dan kerajaan
Sriwijaya.
4. Agama Islam tidak
mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang
sama di hadapan Allah.
5. Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan
secara damai tanpa kekerasan melalui pendekatan budaya yang disesuaikan dengan
adat dan tradisi bangsa Indonesia.
Adapun jalur yang digunakan dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Pernikahan
b.
Pendidikan
c.
Peradgangan
d.
Dakwah
e.
Kesenian
p
Kamis, 14 Maret 2024
Senin, 29 Januari 2024
PROSES MOBILITAS SOSIAL DI INDONESIA (IPS KELAS 8 SEMESTER GENAP KURIKULUM MERDEKA )
PROSES MOBILITAS SOSIAL DI INDONESIA
HALAMAN 103
a. Pengertian Mobilitas Sosial (hal 104)
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis
yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain.
Mobilitas
sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan
satu ke lapisan yang lain.
b. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial (hal.105- hal 106)
Berdasarkan
bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertikal dan
mobilitas sosial horizontal.
■ Mobilitas vertikal
Mobilitas sosial
vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial
ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat,
baik pindah ke tingkat yang lebih
tinggi (social climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social
sinking).
·
Mobilitas vertikal ke atas (Social Climbing)
Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena peningkatan status atau
kedudukan seseorang.
·
Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Social sinking merupakan proses pe nurunan status atau kedudukan seseorang.
Proses social sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi
seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
■
Mobilitas horizontal
Mobilitas horizontal adalah
perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial
yang sama.
. Dalam mobilitas
hori zontal tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.
c. Saluran- Saluran Mobilitas Sosial (hal. 107)
Mobilitas sosial dapat
dilakukan melalui beberapa saluran yang dapat mengubah status seseorang.
Berikut ini
merupakan contoh saluransaluran mobilitas sosial:
■ Organisasi Pendidikan,
Contoh SMP Negeri
2 Patebon
■ Organisasi Politik,
cotoh PKS, PKB,
Nasdem
■ Organisasi Ekonomi,
BRI, Koperasi
■ Organisasi Profesi
Contoh : PGRI,
IDI
d. Dampak Mobilitas Sosial (POSITIF) :(110-111)
• Mendorong Seseorang untuk lebih maju
• Mempercepat
Tingkat Perubahan Sosial
• Meningkatkan
Integrasi Sosial
Mobilitas Sosial: Pengertian, Bentuk, Faktor & Dampaknya | Sosiologi
Kelas 8
October
28, 2022 • 9 minutes read
Artikel
Sosiologi kelas 8 kali
ini akan membahas tentang pengertian, bentuk-bentuk, dan faktor pendorong serta
penghambat dari mobilitas sosial.
—
Apakah ayahmu pernah
pindah tugas ke wilayah lain karena pekerjaannya? Hmm… atau kakakmu yang dulu seorang pelajar kini
sudah menjadi pengusaha? Masih belum pernah ngalamin itu
semua? Kalau begitu, coba tonton sinetron TV atau drama
Korea, deh. Hueheheheh…
Eits, nggak ada maksud apa-apa, kok. Sebenarnya
pertanyaan-pertanyaan itu sebagai contoh dari mobilitas sosial aja. Loh, emang mobilitas
sosial itu apa sih?
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas
sosial adalah perpindahan status sosial yang
dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial yang lain dalam masyarakat. Hasil perpindahan
status sosialnya bisa menjadi lebih tinggi, lebih rendah, bahkan tetap
sederajat.
Kenapa hasil
perpindahannya berbeda-beda? Sebab mobilitas sosial terbagi menjadi beberapa
bentuk. Nah, terjadinya bentuk-bentuk itu tidak terlepas dari
adanya faktor pendorong dan penghambat yang perlu kita ketahui. Lalu apa saja
ya bentuk dan faktor mobilitas sosial? Yuk, simak
kelanjutan artikelnya!
Bentuk Mobilitas Sosial
Pembagian bentuk
mobilitas sosial didasarkan pada berpengaruh tidaknya hasil perpindahan status
sosial yang dialami dengan derajat sosial yang dimiliki. Secara umum bentuk
mobilitas sosial terbagi menjadi empat, yaitu vertikal, horizontal,
antargenerasi, dan intragenerasi.
Baca Juga: Mengenal
Kebudayaa Universal dan Proses Pembentukkannya
1. Mobilitas Sosial Vertikal
Coba bayangkan kamu
berada di bagian tengah sebuah garis vertikal deh. Udah? Nah, ketika kamu
berada di posisi itu, kamu punya kesempatan buat naik ke atas atau turun ke
bawah ‘kan? Begitu juga dengan mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi
mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah.
Maksudnya, perpindahan
status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi (naik) maupun lebih rendah
(turun). Makanya, mobilitas vertikal adalah perpindahan
status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang
tidak sederajat dari sebelumnya.
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Sekarang coba
bayangkan kamu berada di tengah sebuah garis horizontal deh. Kalau kamu berada di sana, mau kamu pindah ke
kanan kek atau ke kiri kek, pasti kamu akan
tetap di satu tempat yang sejajar ‘kan? Nah, kayak begitulah
mobilitas horizontal. Dalam mobilitas
horizontal, perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau kelompok
tidak akan mengubah derajat sosialnya atau akan tetap sejajar seperti
sebelumnya.
Contohnya, seorang
dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit Bandung diharuskan pindah tugas
ke rumah sakit Jakarta. Pada kasus itu, dokter tersebut mengalami mobilitas
horizontal, yaitu perpindahan tempat kerja tetapi tidak mengubah status
sosialnya sebagai dokter. Penghasilannya tidak berubah dan jabatannya sebagai
seorang dokter juga tidak berubah.
3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas
antargenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang dialami seseorang dengan
melibatkan perbedaan generasi di dalamnya. Mmm, maksudnya gimana tuh ya? Kamu
perlu tahu dulu nih, apa yang dimaksud dengan generasi. Generasi adalah
kelompok yang punya kesamaan atau perbedaan umur. Contohnya, gen Z yang
orang-orangnya lahir di tahun 2000-an.
Nah, mobilitas
antargenerasi ini melibatkan generasi-generasi yang berbeda. Misalnya, dahulu,
kakek dan nenek kamu hanya bisa sekolah sampai tingkat SMA saja. Kemudian, di
generasi selanjutnya, yaitu ayah dan ibu kamu, statusnya naik jadi bisa
bersekolah sampai jenjang Sarjana. Dari kasus ini, ada perbedaan tingkat
pendidikan yang terjadi di setiap antargenerasi keluarga kamu. Paham, ya?
Nah, mobilitas sosial
antargenerasi bisa naik dan turun. Artinya, tiap generasi dalam satu kelompok
bisa punya kedudukan yang semakin tinggi atau rendah di masyarakat.
4. Mobilitas Sosial Intragenerasi
Bagaimana jika
perpindahan kedudukan sosial ini dialami oleh generasi yang sama? Itu lah yang
dinamakan mobilitas sosial intragenerasi. Menurut definisinya, mobilitas
sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi pada
generasi yang sama. Oke, supaya kamu semakin ada bayangan, masuk ke contoh kasus saja, ya.
Misalnya, saat ini
kamu sedang duduk di kelas 7 SMP. Kamu adalah anak yang sangat pintar, sehingga
bisa mengikuti program akselerasi di sekolah. Saat kenaikan kelas, kamu
langsung duduk di kelas 9. Dari sini, kamu sedang mengalami mobilitas
intragenerasi karena mengalami perpindahan kedudukan sosial pada generasi yang
sama, yaitu teman-teman sekelasmu di kelas 7.
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Setelah mengetahui
bentuk-bentuknya, kita juga perlu mengetahui faktor-fator yang mendorong
terjadinya mobilitas sosial. Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial,
yaitu:
1. Struktural
Faktor ini terkait
dengan kesempatan seseorang untuk menempati sebuah kedudukan serta kemudahan
untuk memperolehnya. Kalau di Indonesia sih struktur
masyarakatnya sangat terbuka. Jadi, kesempatan kamu untuk menempati berbagai
jabatan yang tinggi, seperti manajer bahkan presiden, menjadi lebih
besar, lho! Namun, di Indonesia, ketersediaan lapangan
pekerjaan dengan jumlah penduduknya juga masih belum imbang, nih. Ini bisa menjadi
penyebab individu atau kelompok punya potensi mengalami mobilitas sosial yang
turun.
2. Individu
Kalau faktor ini sih terkait
dengan kualitas individu yang dilihat dari segi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Manusia ‘kan dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya tuh. Nah, jika seseorang tidak
puas dengan status sosial yang diwariskan, ia dapat berusaha untuk mencapai
status sosial yang lebih tinggi. Sampai saat ini, pendidikan masih dianggap
sebagai social elevator atau sarana yang
dapat membuat orang menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan meningkatkan
status sosialnya di masyarakat.
Baca
Juga: Mengenal
Kategori Keberagaman Masyarakat Multikultural
3. Ekonomi
Jika
situasi ekonomi dalam masyarakat cenderung baik maka mobilitas sosial pun dapat
terwujud.
Kondisi ekonomi yang baik membuat masyarakat mudah memperoleh modal,
pendidikan, dan kesempatan lainnya. Tapi, kalau kondisi ekonominya
buruk, masyarakat akan memiliki pendapatan terbatas sehingga sulit untuk
memenuhi seluruh kebutuhannya dan mobilitas sosial tidak akan bisa terjadi.
4. Politik
Faktor yang satu ini
sangat bergantung pada situasi politik suatu
negara.
Keadaan negara yang tidak stabil akan memengaruhi kondisi keamanannya. Dengan
begitu, ketersediaan dan kemudahan dalam bekerja juga lebih baik sehingga
masyarakat mampu melakukan mobilitas sosialnya.
5. Kependudukan
Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia hampir selalu bertambah dari
waktu ke waktu. Pertambahan itu bisa mempersempit lahan pemukiman bahkan
meningkatkan kemiskinan lho! Makanya, masalah
kependudukan seperti ini mendorong individu dan pemerintah untuk mengarahkan
masyarakat agar bermigrasi ke daerah lain, sehingga mobilitas sosial pun terjadi.
Data
Penduduk Indonesia 1971 s.d. 2010 (Sumber: bps.go.id)
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Selain faktor
pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial. Jika faktor-faktor
di bawah ini masih ada maka akan sulit untuk masyarakat melakukan mobilitas
sosial. Adapun faktor penghambat dari mobilitas sosial, yaitu:
1. Kemiskinan
Masyarakat yang mengalami
kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status
sosial tertentu. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang
rendah. Emang kenapa kalau pendidikannya rendah? Dengan
pendidikan yang rendah, kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga
menjadi rendah. Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan
pekerjaan menjadi terbatas.
2. Diskriminasi
Diskriminasi adalah membedakan
perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan
golongan. Nah,
perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat mengakibatkan
konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.
Baca Juga: Kenalan Yuk dengan Ras dan Suku
Bangsa di Indonesia!
3. Stereotip Gender
Membeda-bedakan
karakteristik serta posisi sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan
bahwa derajat laki-laki lebih tinggi daripada wanita juga bisa menghambat
mobilitas sosial, lho! Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak
perlu berpendidikan tinggi toh yang bekerja adalah
suami. Nah, perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan
kesempatan seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.
Terjadinya mobilitas sosial di
masyarakat, tentunya menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Apa
saja ya dampak-dampak mobilitas sosial itu? Yuk, kita bedah satu per satu!
Dampak Positif Mobilitas Sosial
Hal ini berarti mobilitas
sosial bisa memberikan pengaruh yang baik bagi seseorang. Dampak positif
mobilitas sosial ada tiga macam, di antaranya sebagai berikut:
1. Mendorong Seseorang untuk Maju
Mobilitas sosial bisa
berdampak pada status sosial kita di masyarakat. Misalnya, dari yang tadinya
rendah, kemudian berubah jadi tinggi. Contohnya, di tingkat SMP, kamu
bersekolah di tempat yang biasa saja. Tapi, di sekolah ini, kamu belajar dengan
giat dan disiplin, sehingga selalu mendapat juara 1 di kelas. Dari sini, kamu
berkesempatan untuk masuk ke SMA yang lebih berkualitas. Oleh karena itu,
mobilitas sosial mampu mendorong seseorang untuk maju.
2. Mempercepat Perubahan Sosial
Selain itu, mobilitas sosial
dapat menghasilkan perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju. Contohnya, di
daerah pelosok, ada beberapa anak yang berkesempatan mendapat beasiswa
pendidikan di kota. Setelah pendidikannya selesai, anak-anak tersebut pulang ke
kampung halaman untuk membangun daerahnya menjadi lebih maju.
Dampak Negatif Mobilitas Sosial
Selain dampak positif,
mobilitas sosial juga bisa memberikan pengaruh yang tidak baik bagi seseorang.
Dampak negatif mobilitas sosial di antaranya:
1. Kecemasan
Kecemasan ini terjadi karena
seseorang merasa khawatir jika status atau posisi sosialnya turun di
masyarakat. Contohnya, ada pejabat yang sebentar lagi melepas masa jabatannya.
Nah, pejabat ini merasa cemas karena takut kehilangan jabatan. Oleh karena itu,
tidak jarang pejabat tersebut berbuat curang untuk mempertahankan jabatan yang
mereka inginkan.
2. Melemahkan Solidaritas Kelompok
Dampak ini, bisa terjadi di
segala bentuk mobilitas sosial, baik itu horizontal maupun vertikal. Contohnya,
ada sebuah keluarga yang tadinya hidup di pemukiman yang sederhana, tiba-tiba
memenangkan kuis berhadiah ratusan juta. Kemudian, keluarga tersebut pindah
rumah ke pemukiman yang lebih elit. Nah, di sini, keluarga tersebut mulai
berbaur dengan tetangga baru. Akhirnya, mulai terjadi kerenggangan antara
keluarga ini dengan kelompok sosialnya di pemukiman lamanya.
3. Memicu Konflik
Parahnya, mobilitas sosial
tidak hanya merenggangkan solidaritas kelompok saja, tapi juga bisa memicu
konflik atau pertikaian di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena adanya
persaingan yang tidak sehat untuk mencapai kedudukan sosial yang tinggi.
Contohnya, untuk mendapatkan banyak pembeli, toko A sengaja menjelek-jelekkan
kualitas barang toko B. Karena toko B tidak terima, akhirnya muncul konflik
antar pedagang.
Baca Juga: Mengenal Masyarakat
Multikultural dan Karakteristiknya
Referensi:
Sunarto, K.(1993) Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
FE – UI.
Soyomukti, Nurani (2010) Pengantar
Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis
Masalah-masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-kajian Strategis.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Nathan Keirns, Eric Strayer,
Heather Griffiths, (2012) Introduction to Sociology, (Houston: Openstax
College)
-
1. PENDAFTARAN TANGGAL 27 S.D 31 Mei 2024 a. Senin s.d. Kamis : Pukul 07.00 s.d 12.00 WIB b. Jumat : P...